Jumat, 10 April 2020

Menghidupkan Nurani dengan Berpikir Kritis

Q.S. Ali 'Imran /3:190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam segala keadaan.

Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna, manfaat, dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkannya. Orang yang cerdas menurut Rasulullah saw. adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai pada kehidupan di akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu.

A. Makna Q.S. Ali-Imran/3:190-191 serta Hadis tentang Berfikir Kritis
Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.

Berpikir kritis memungkinan untuk memanfaatkan potensi diri dalam melihat masalah, memecahkan
masalah, menciptakan, dan menyadiri diri.

Salah satu mukjizat al-Quran adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali 'Imran/3:190-191 berikut ini.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿ ١٩٠

(inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin li-ulii al-albaabi)

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ١٩١

(alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari)

Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.

2. Penerapan Tajwid
Surat Ali-Imran/3:190-191
LafalHukum Tajwid
إِنَّGhunnah karena ada nun ditasydid
فِيMad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' suku
خَلْقِ السَّمَاوَاتِIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena da fathah diikuti alif
وَالْأَرْضِIdhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif
وَاخْتِلَافِMad thobi'i karena ada fayhah diikuti alif
اللَّيْلِIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam
وَالنَّهَارِIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun dan mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
لَآيَاتٍ لِأُولِيIdghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu lam
الْأَلْبَابِIdhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif, dan mad arid lis sukun karena sebelum waqaf ada mad thobi'i
الَّذِينَIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam
يَذْكُرُونَMad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
اللَّهَTafhim karena ada lam jalalain didahului fathah
قِيَامًاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
قِيَامًا وَقُعُودًاIdghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah
وَقُعُودًاMad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
وَقُعُودًا وَعَلَىٰIdghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah
جُنُوبِهِمْMad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu suku
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَIdhar syafawi karena ada mim mati bertemu dengan salah satu huruf idhar syafawi yaitu huruf wawu
يَتَفَكَّرُونَMad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
فِيMad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
السَّمَاوَاتِIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
وَالْأَرْضِIdhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif
رَبَّنَاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
مَاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
خَلَقْتَQolqolah sughro karena ada salah satu huruf qolqolah bertanda baca sukun atau asli mati
هَٰذَاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
بَاطِلًاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
بَاطِلًا سُبْحَانَكَIhfa' karena ada tanwin bertemu salah satu huruf ihfa' yaitu huruf sin
سُبْحَانَكَMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
فَقِنَاMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
عَذَابَMad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
النَّارIdghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun, dan mad arid lis sukun karena sebelum waqof ada mad thobi'i

3. Kosakata Baru:
وَالْأَرْضِ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ إِنَّ
Dan bumi Dalam penciptaan langit Sesungguhnya
لَآيَاتٍ وَالنَّهَارِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
Benar-benar merupakan tanda (kebesaran Allah) Dan siang Dan pergantian/ pertukaran malam
الألبب لأولي لءايت
berakal bagi orang-orang yangsungguh terdapat tanda-tanda
الله يذكرون الذين
Allahmengingat yaituorang-orang yang
وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وقعودا قيما
dan berbaring atau duduk sambilberdiri
والأرض فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ ويتفكرون
dan bumidalam penciptaan langit memikirkan/ merenungkan
هَٰذَا مَا خَلَقْتَ رَبَّنَا
(semua) ini Tidak Engkau ciptakan Ya Tuhan Kami
فقنا سُبْحَانَكَ بَاطِلً
maka lindungilah kami Maha Suci Engkau Sia-sia/ tanpa makna
- النار عذاب
- neraka siksa

B. Tafsir/Penjelasan Ayat
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

Banyak ayat yang menginspirasi dan memotivasi manusia untuk meneliti alam raya ini, di antaranya adalah Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu (dalam enam masa). Para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Quran dan Sains Modern (tahun 2003), Secara ringkas, penjelasan “enam masa” dari Dr. Marconi adalah sebagai berikut:
  1. Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). 
  2. Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). 
  3. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. 
  4. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk. 
  5. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. 
  6. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.

Berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. Dengan demikian, kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.

Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul turunnya Surah Ali - Imran ayat 190-191 yaitu diawali oleh kedatangan orang – orang Quraisy ke kaum Yahudi. Kemudian mereka para kaum Quraisy bertanya mengenai bukti – bukti kebenaran yang dibawa nabi Musa dan bukti – bukti kebenaran yang dibawa nabi Isa. Kaum Yahudi pun menjawab bahwa tangan dan tongkat nabi Musa mampu bersinar putih, sedangkan
nabi Isa mampu menyembuhkan mata buta, penyakit sopak, serta mampu menghidupkan orang yang sudah mati.

Kemudian orang – orang Quraisy mendatangi Rasulullah S.A.W seraya berkata “ Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu menjadi emas untuk kami “ lantas Rasulullah berdoa dan turunlah surah Ali – Imran ayat 190 – 191, mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari serta peredarannya, laut, gununggunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.

C. Keterkaitan antara Berpikir Kritis dengan Ciri Orang Berakal (Ulil Albab) sesuai Pesan Q.S. Ali-Imran/3: 190-191
Mustaji mendefinisikan bahwa berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah mengetahui bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita harus ada pertimbangan akal sehat.

Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut ini.
عن أبي يعلى شداد بن أوس - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ. [رواه الترمذي

Artinya :
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah Swt. dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan).

Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.

Rasulullah saw. bersabda:
:وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سَبْعاً، هَل تَنْتَظِرُونَ إِلاَّ فَقْراً مُنْسِياً، أَو غِنَىً مُطغِياً، أَوْ مَرَضاً مُفسِداً، أو هَرَماً مُفَنِّداً، أَو مَوتاً مُجْهِزاً، أََوْ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوْ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وأَمَرُّ ؟
رَوَاهُ التُّرْمُذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ .

Artinya:
Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan).

Dalam hadis di atas, Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk beramal salih. Rasulullah saw. menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan kita semua.
  1. Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah Swt. karena sibuk mencari penghidupan (harta). 
  2. Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua kekayaan itu karena kehebatan kita.
  3. Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat. 
  4. Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya. 
  5. Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat. 
  6. Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah bagi manusia. 
  7. Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.

Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah saw. dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat),

D. Manfaat Berpikir Kritis
Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah sebagai berikut.
 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi Menghidupkan Nurani dengan Berpikir Kritis
  1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
  2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
  3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEK.
  4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
  5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
  6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
  7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
  8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
  9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat dengan meningkatkan amal saleh dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.

E. Menerapkan Perilaku Mulia
Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas yaitu sebagai berikut.
  1. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat.
  2. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
  3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur±n secara lebih mendalam bersama para pakar di bidang masing-masing.
  4. Menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian-penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
  5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK.
  6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.
  7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
  8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
  9. Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya.
  10. Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua gejala dan fenomena alam yang terjadi.