Kamis, 16 April 2020

Kisah Nyata Mati Suri di Kampung Saya

Fenomena mati suri adalah salah satu fenomena yang hingga kini masih belum terungkap oleh ilmu pengetahuan. Bukan hanya di dalam negeri, fenomena ini rupanya terjadi juga di luar negeri. Tak sedikit orang yang mengalami fenomena langka ini. Anak-anak, orang dewasa, tua, muda, wanita maupun pria, semuanya bisa mengalami mati suri, tentunya atas kehendak dan izin Alloh. Nah, pada kesempatan kali ini tim blog kisah asal usul akan menyampaikan satu kisah nyata mati suri yang pernah dialami oleh tetangga penulis. Seorang kakek tua yang kini hidup kembali dan menjalani harinya seperti biasa. Silakan disimak untuk pelajaran untuk kita semua.

Kisah Nyata Mati Suri

Mbah Ngadio, seorang kakek tua berusia 67 tahun tetangga desa saya, tak pernah membayangkan sebelumnya untuk bisa mengalami sesuatu yang tak bisa dirasakan semua orang. Dia terpilih di antara sekian juta orang untuk mengalami fenomena mati suri dalam hidupnya. Kisah nyata mati suri yang ia alami itu terjadi sekitar 2 tahun lalu, saat saya masih duduk di kelas 3 SMA.

Fenomena mati suri adalah salah satu fenomena yang hingga kini masih belum terungkap oleh  Kisah Nyata Mati Suri di Kampung Saya
Pagi itu, seperti pagi yang biasa bagi mbah Ngadio. Setelah bangun tidur dan minum kopi, ia mandi untuk menyegarkan kembali tubuhnya yang sudah renta itu. Ia kini memang tengah menikmati masa pensiun setelah usia mudanya dihabiskan menjadi seorang guru sekolah dasar di kampung saya.

Mbah Ngadio hidup di rumah kecil bersama anak perempuannya yang masih gadis. Ragil dari 8 bersaudara itu memang ditugasi untuk mengurusi bapaknya, sementara kakak-kakaknya bekerja mencari nafkah di Magelang.

Selepas ba’da dzuhur, tak diduga sebelumnya, Mbah Ngadio tiba-tiba ditemukan sudah tidak bernafas lagi. Di ruang tengah tempat ia biasa menghabiskan waktu sehari-hari, ia diketahui sudah meninggal dunia. Mbak Minah, anak gadisnya itulah yang menemukannya.
Singkat cerita, rumah Mbah Ngadio telah ramai dikunjungi para pelayat. Mbah Ngadio memang orang yang ramah dan supel. Semua orang menyukainya. Ia juga dikenal sangat murah hati dan sering menolong orang yang kesusahan. Semua orang merasa kehilangannya, sehingga wajar jika isak tangis menyertai prosesi pemandian jenazahnya.

Semua orang yang hadir melayat mbah ngadio tak pernah mengira sebelumnya jika pada hari itu, mereka akan menjadi saksi kebesaran Alloh. Menjadi saksi dari kisah nyata mati suri yang tak semua orang bisa mengalaminya.

Jenazah Mbah Ngadio usai dikafani dan disholat. Anak-anaknya dari kota pun sudah kumpul semua. Kini tiba waktunya untuk mengantarkan beliau ke rumah terakhirnya. Liang kubur yang sunyi dan gelap.

Iring-iringan pelayat yang tak henti mengumandangkan tahlil mengantar kepergian Mbah Ngadio. Perjalanan dari rumah duka ke areal pemakaman sekitar 20 menit. Pemanggul jenazah berganti-gantian. Sawuran beras dan uang logam juga terus berulang, seperti layaknya prosesi pemakaman pada umumnya.

Fenomena mati suri adalah salah satu fenomena yang hingga kini masih belum terungkap oleh  Kisah Nyata Mati Suri di Kampung Saya

Tiba-tiba, pelayat terhenyak. Dari dalam keranda terdengar suara batuk dan kain penutup keranda itu seperti ada yang menarik dari dalam. Mbah Ngadio bangun dan hidup kembali. Semua orang terhenyak lari tunggang langgang ketakutan melihat mayat hidup di atas keranda.

“Aa....a.a.....aaaa..a!”

Jenazah Mbah Ngadio terbangun. Semua pelayat berhamburan. Kabur ketakutan karena melihat mayat hidup di dalam keranda. Mayat Mbah Ngadio hidup kembali. Ya... Hidup kembali.

Pak Ustadz desa yang ada di barisan depan pun tercengang. Ditanyanya mbah ngadio yang masih mengenakan busana pocong itu dengan penuh kegaguan.

“Assalammualaikum Mbah?” tanya Pak Ustadz.

“Wa alaikumsalam pak Ustadz. Kenapa saya ada disini dan menggunakan pakaian semacam ini?” jawab Mbah Ngadio dengan rasa heran yang jelas tergambar dari raut wajahnya.

“Siapa namamu?” sergah pak Ustadz ingin memastikan bahwa yang berbicara itu benar-benar Mbah Ngadio, bukan jin atau sebangsanya.

“Pak Ustadz, ini Si Mbah, Mbah Ngadio. Kenapa bertanya begitu?” jawab Mbah Ngadio.

“Subhanalloh!! Saudara-saudara, inilah bukti kekuasaan Alloh. Kita telah menyaksikan fenomena yang luar biasa. Mbah Ngadio telah mengalami mati suri.” Pak Ustadz melantangkan suaranya.

Seketika itu, para pelayat yang tadi lari terbirit-birit kembali berkumpul ke dekat keranda, menyaksikan Mbah Ngadio yang mengalami kisah nyata mati suri. Semua orang berdecak kagum seraya mengucap tasbih. Subhanalloh. Sungguh Engkau Maha Kuasa Ya Rabb.

Mbah Ngadio kemudian kembali ke rumah dibonceng motor. Sementara itu, para pelayat yang masih penasaran, menyusulnya kembali ke rumah duka. Mereka ingin mengetahui apa yang dialami oleh Mbah Ngadio selama 4 jam terakhir mengalami mati suri.

Mbah Ngadio melepaskan 3 lapis kain kafan ditubuhnya dan kembali mengenakan pakaiannya seperti biasa. Orang-orang berkumpul dan saat itu juga mbah ngadio menceritakan apa yang dia alami.

“Mbah tadi tidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu, mbah bertemu dengan seorang pria tinggi besar. Ia mengaku bernama Rozaq. Ia mengajak simbah ke Makkah untuk melaksanakan sholat Dzuhur bersama. Kemudian mbah diajak ke sebuah lembah di padang pasir yang luas oleh dia. Mbah bingung dan laki-laki tadi juga tampak kebingungan. Tiba-tiba mbah disuruh pulang lagi, katanya ini masih belum waktunya. Mbah sempat heran dengan kata-kata yang dia ucapkan, sebelum akhirnya mbah terbangun dan sudah ada di dalam keranda.” Papar Mbah Ngadio sambil terbata-bata.

“Ini adalah fenomena mati suri Mbah. Mbah telah mengalami sebuah fenomena yang tidak semua orang bisa mengalaminya. Kemungkinan, laki-laki yang mengajak simbah tadi adalah malaikat maut mbah. Saya kira Alloh masih memberi kesempatan untuk Simbah melakukan sesuatu yang diingin simbah di dunia ini.” Seru pak ustadz.

“Entahlah, yang jelas, mbah merasa ini hanya mimpi. Mbah tadi seperti hanya tidur dan tak tahu jika jantung simbah sudah tidak berdetak lagi seperti tanda-tanda kematian yang diceritakan oleh orang-orang. Mbah memang selalu berdoa agar diberi kesempatan untuk dapat menyaksikan akad nikah Si Minah setiap habis sholat tahajud dan sholat fardlu. Mbah merasa senang sekali, Alloh telah mengabulkan doa simbah.” Tutur Mbah Ngadio seraya menitikan air mata.

Para pelayat hening, tertunduk, dan merasa malu atas apa yang dialami Mbah Ngadio. Doa seorang laki-laki tua renta itu telah diijabah oleh-Nya. Mereka bubar, dan semenjak saat itupun masjid yang biasanya sepi, hingga sekarang selalu penuh sesak terutama saat sholat Maghrib dan Subuh.

Nah, itulah kisah nyata mati suri yang terjadi di kampung saya. Mbah Ngadio hidup kembali untuk mengajarkan banyak hal kepada semua masyarakat di kampung saya. Sangat menakjubkan. Semoga kisah nyata mati suri ini bisa memberikan efek positif bagi kita semua, sehingga kita bisa mengambil pelajaran yang baik darinya. Semoga bermanfaat.